Minggu, 15 April 2012

Terdapat Supernova Baru


Supernova baru ditemukan di galaksi Meisser 95 (M95), yaitu merupakan jenis galaksi apiral yang terletak di konstelasi Leo.

  Yang pertama mendeteksi supernova baru tersebut adalah seorang Astronom yang bekerja di observatorium Crni Vrh, Slovenia, J Skvarc pada Sabtu (18/3/2012) lalu.

Pada awalnya, Skvarc melihat supernova tersebut sebagai bintik cahaya. Setelah membandingkan dengan tujuh arsip citra M95, Skvarc yakin bahwa bintik itu adalah supernova.

Skvarc melaporkan temuannya ke Central Bureau of Astronomical Telegram (CBAT). Selasa (21/3/2012) lalu, International Astronomy Union meresmikan temuan Skvarc sebagai supernova, dinamai SN 2012aw.

SN 2012aw unik karena jaraknya. Dengan jarak ke galaksi M95 yang hanya 37 juta tahun cahaya dari Bumi, supernova ini merupakan yang terdekat yang pernah diobservasi.

Supernova adalah ledakan bintang yang memancarkan energi. Peristiwa supernova menandai akhir kehidupan suatu bintang.

Kebanyakan supernova, karena terjadi di tempat sangat jauh, baru bisa dilihat saat terang maksimum. Namun, karena terjadi di jarak relatif dekat, SN 2012aw bisa memberi gambaran bagaimana supernova terjadi.

Ulisse Munari dari National Institute of Astrophysics di Italia, seperti dikutip National Geographic, Jumat (23/3/2012), mengatakan, "Astronom bisa menggunakan ini untuk menginvestigasi bagaimana awal ledakan terjadi di dalam struktur bintang."
Sumber :
National Geographic News

http://athaanakcerdas.blogspot.com/search/label/IPA%20IV
http://athaanakcerdas.blogspot.com/search/label/Sains

READ MORE - Terdapat Supernova Baru

Planet Mars terdapat Awan


  Wayne Jaeschke,  seorang Astronom amatir,mengamati awan misterius di Mars.
Citra awan itu didapatkan lewat pengamatan dengan teleskop dari Pennsylvania. Pengamatan dilakukan pada 20 Maret 2012 sekitar pukul 2.50 UT.

 Berdasarkan hasil pengamatannya, awan tersebut terdapat di atas dataran mars bernama Acidalia yang berada pada ketinggian 240 meter. Awan itu juga tampak terus mengikuti gerak Mars yang dilihat dari sudut pandang Bumi.

Temuan Jaeschke mengundang banyak komentar. Ada yang mengatakan bahwa awan itu adalah debu dari tumbukan meteorit, badai yang sangat besar ataupun hanya tipuan cahaya saja.

Namun berdasarkan hasil pengamatannya ini, akhirnya banyak peneliti yang tertarik untuk ikut meneliti lebih jauh apakah sebenarnya awan tersebut.

Salah satunya adalah Peneliti yang tergabung dalam misi Mars Odyssey akan berusaha mencitrakan awan itu dengan kamera sinar tampak maupun inframerah.

"Tim peneliti atmosfer kami sangat berharap kemungkinan untuk tak cuma mendapatkan citra struktur awan, tapi juga temperaturnya," kata Jonathon Hills dari Arizona State University, seperti dikutip MSNBC, Senin (26/3/2012).
READ MORE - Planet Mars terdapat Awan

Tata Surya Tertua


Seorang astronom Indonesia bernama Johny Setiawan beserta astronom Eropa berhasil menemukan tata surya tertua. Dunia baru tersebut terdiri atas satu bintang yang dikelilingi oleh dua planet.
Mengapa dikatakan tata surya tertua?
Karena Tata surya tersebut berumur 12,8 miliar tahun, hanya 900 juta tahun lebih muda dari semesta yang tercipta lewat Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu.

Bintang induk pada tata surya tersebut diberi nama HIP 11952 sesuai penamaan obyek dari katalog Hipparcos. Sementara kedua planet yang mengorbit bintang tersebut diberi nama HIP 11952 b dan HIP 11952 c.

HIP 11952 juga dijuluki "Sannatana" yang dalam bahasa Sansekerta, kata tersebut berarti abadi atau purba, sesuai dengan keunikan tata surya baru ini.

Sistem keplanetan yang baru saja ditemukan ini diperkirakan terbentuk saat galaksi Bimasakti masih bayi atau bahkan belum terbentuk. Jarak tata surya ini bahkan tak jauh, hanya 375 tahun cahaya dari Bumi. Hal ini bisa diumpamakan dengan menemukan benda arkeologi di pekarangan rumah sendiri.

Dua planet yang mengitari HIP 11952 ditemukan dengan metode kecepatan radial. Teknik ini didasarkan pada observasi gerakan bintang induk akibat planet-planet yang mengelilinginya.

Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2011 menggunakan spektrometer FEROS (Fibre-fed Extended Range Optical Range Spectograph) pada teleskop 2,2 meter di Observatorium La Silla, Cile.

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa dua planet di tata surya baru ini ialah planet gas raksasa berukuran 0,8 dan 2,9 kali Jupiter. Masing-masing berevolusi dengan periode 7 dan 290 hari.

Anomali

Tata surya baru ini bisa dikatakan anomali. Pasalnya, bintang induk pada sistem keplanetan ini miskin logam, diperkirakan hanya 1 persen dari kandungan logam Matahari.

Teori saat ini menyatakan bahwa bintang-bintang dengan kandungan logam tinggi cenderung memiliki peluang lebih besar untuk memiliki planet, dan sebaliknya.

Sejauh ini, HIP 11952b dan HIP 11952c adalah temuan planet kedua yang mengelilingi bintang miskin logam. Tahun 2010, ditemukan planet yang mengelilingi HIP 13044 yang juga miskin logam.

Berdasarkan hasil penelitian, Johny mengatakan, "Kedua planet yang mengitari HIP 11952 membuktikan bahwa planet-planet ternyata memang dapat terbentuk di sekitar bintang yang kandungan logamnya sedikit."

Tak cuma itu, Johny yang bertahun-tahun bekerja di Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman, mengatakan bahwa planet di sekelilling bintang melarat logam mungkin umum.

Observasi pada bintang-bintang tua masih diperlukan untuk mengonfirmasi hal tersebut. Tim peneliti masih akan terus mencari jawabannya.

Secara lebih luas, secara teoritis diketahui bahwa lingkungan awal semesta hanya terdiri atas hidrogen dan helium. Unsur-unsur logam yang lebih berat terbentuk lewat proses lebih lanjut seperti supernova.

Penelitian ini menunjukkan bahwa manusia bisa berharap adanya planet-planet purba yang terbentuk pada awal semesta, walau kondisinya dipandang kurang memungkinkan.
READ MORE - Tata Surya Tertua

Bimasakti terdapat Miliaran Bumi Super


Penelitian para astronom menunjukkan ada miliaran Bumi Super yang terdapat di Galaksi Bimasakti. Yang dimaksud dengan Bumi Super adalah planet dengan massa 1-10 kali Bumi.

Hasil tersebut didapatkan lewat deteksi dan ekstrapolasi dengan mengikutsertakan planet-planet yang mengelilingi bintang redup, yang disebut bintang katai merah.

Tim menggunakan instrumen Harps yang ada di teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla, Cile untuk melakukan deteksi. Harps mendeteksi planet berdasarkan pengaruh gravitasi planet itu pada bintangnya.

"Observasi terbaru kami dengan Harps menunjukkan bahwa 40 persen bintang katai merah memiliki Bumi Super di zona layak huni, tempat air cair bisa terdapat di permukaannya," kata Xavier Bonfils dari Observatoire des Sciences de l'Univers de Grenoble, Perancis.

"Karena bintang katai merah sangat umum—ada 160 miliar di Bimasakti—ini membuat kami berkesimpulan bahwa ada puluhan miliar planet macam ini (Bumi Super) di galaksi kita saja," tambah Bonfils yang memimpin penelitian, seperti dikutip BBC, Rabu (28/3/2012).

Bonfils dan rekannya sebelumnya melakukan deteksi adanya Bumi Super pada 102 bintang katai merah. Kemudian, mereka menemukan 9 planet Bumi Super dengan dua di antaranya berada di zona layak huni.

Data kemudian diolah dengan memasukkan pula bintang-bintang yang tak memiliki planet. Data yang diolah akan menunjukkan seberapa umum planet Bumi Super di bintang katai merah.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Bumi Super di zona layak huni dijumpai pada 41 persen kasus, dengan rentang antara 28 dan 95 persen.

Menurut para astronom, ada sekitar 100 Bumi Super yang ada pada zona layak huni, pada jarak kurang dari 30 tahun cahaya dari bintang katai merah induknya.

Lalu, adakah kehidupan di planet Bumi Super itu?

Karena bintang katai merah sering mengalami erupsi hingga mengirim sinar-X dan ultraviolet, maka kemungkinan kehidupan di Bumi Super yang berjumlah banyak itu tampaknya kecil.

 Meski demikian, peneliti akan tetap menyelidiki kemungkinannya. Mereka akan melihat tanda-tanda adanya molekul kehidupan, seperti oksigen.
READ MORE - Bimasakti terdapat Miliaran Bumi Super

Tata Surya Kita mempunyai Kembaran


Sistem dengan bintang induk HD 10180 menghebohkan dunia astronomi pada tahun 2010. Selain tata surya, sistem keplanetan itu menjadi yang terbesar karena memiliki tujuh planet.

Kini, sistem keplanetan berjarak 127 tahun cahaya itu kembali menjadi perhatian. Jumlah planet yang mengorbit HD 10180 ternyata bukan hanya tujuh, melainkan sembilan.

Miko Tuomi dari University of Hertfordshire adalah astronom di balik penemuan ini. Ia memublikasikan hasil risetnya di jurnal Astronomy and Astrophysics, Jumat (6/4/2012).

Tuomi menganalisis data hasil observasi instrumen High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher pada teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla, Cile.

Sebelumnya, pengamatan di European Southern Observatory menemukan enam planet ekstrasurya serta satu planet yang masih perlu dikonfirmasi keberadaannya.

Lima planet merupakan planet serupa Neptunus dengan massa 12-25 kali massa Bumi. Sementara satu lagi adalah planet serupa Saturnus bermassa 65 kali Bumi dengan waktu revolusi 2200 hari.

Selain meyakinkan adanya enam planet, penelitian Tuomi juga membuktikan adanya planet ketujuh yang bermassa 1,4 massa Bumi dan menemukan dua planet tambahan.

Dua planet tambahan diketahui merupakan planet Bumi Super. Ukuran dua planet tersebut masing-masing 1,9 kali massa Bumi dan 5,1 kali massa Bumi.

Planet ketujuh mengorbit HD 10180 dalam waktu hanya 1,2 hari Bumi. Dua planet tambahan yang ditemukan mengorbit dalam waktu 10 dan 68 hari Bumi.

Dengan waktu orbit yang begitu singkat, dua planet tambahan yang ditemukan berjarak sangat dekat dengan bintangnya. Kondisinya sangat panas sehingga air dan kehidupan sulit untuk didapati.

Dengan jumlah sembilan planet, sistem keplanetan dengan bintang induk HD 10180 bisa disebut "kembaran" tata surya. Jumlah planet sama dengan jumlah planet di tata surya ditambah Pluto.

Sistem keplanetan HD 10180 juga memiliki kesamaan lain dengan tata surya. Bintang HD 10180 sendiri merupakan bintang katai kuning, memiliki massa sebanding dengan Matahari.

READ MORE - Tata Surya Kita mempunyai Kembaran

Jumat, 06 April 2012

Roket Air yang Aman Diluncurkan

Bagi penggemar setia hand’s on activities roket air di langitselatan, mungkin akan muncul pertanyaan, “Kira-kira langitselatan akan mengupas apalagi ya untuk dibagikan kepada para sahabat-sahabat rocket’ers se-Indonesia? Kali ini penulis akan menjelaskan cara pembuatan model terbaru badan roket versi penulis sehingga aman diluncurkan.

Pengembangan yang penulis lakukan adalah pada desain badan roketnya. Hal ini bermula dari masalah yang penulis temui yaitu lokasi peluncuran yang kurang luas saat meluncurkan di tempat-tempat tertentu yaitu di kompleks perumahan, sekolah-sekolah di perkotaan, maupun areal umum lainnya seperti alun-alun. Dari segi keamanan, tentunya cukup berbahaya jika kita meluncurkan roket standar di tempat-tempat umum. Saat peluncuran, roket air yang menggunakan pemberat berupa plastisin ketika diluncurkan akan jatuh ke bumi dengan energi yang lumayan besar sehingga bisa melukai orang maupun melubangi genteng rumah. Dari pengalaman penulis saat berlatih meluncurkan roket dengan beberapa siswa-siswi SMP di Bandung, ada sebuah roket peserta yang melesat keluar jalur dan jatuh di jalan raya. Untungnya roket ini tidak mengenai pengguna jalan raya, hanya saja roket ini terlindas mobil.

Roket panjang ukuran kecil menggunakan botol Pocari Sweat ukuran kecil. Walaupun bukan botol minuman soda, karakteristik plastik botol ini cukup elastis sehingga kuat menahan tekanan tinggi. Kredit foto: Kodiron

READ MORE - Roket Air yang Aman Diluncurkan

Selasa, 03 April 2012

Dunia Astronomi

Situs Astronomi Populer Indonesia.

Situs ini dibuat karena kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap ilmu pengetahuan astronomi, terutama yang disajikan dalam Bahasa Indonesia, masih belum dapat diakomodasi secara maksimal. Kami sebagai alumni astronomi ITB berharap situs Dunia Astronomi ini dapat membantu memajukan astronomi di Indonesia.

Tulisan dalam situs ini terbagi dalam dua kategori besar, yaitu artikel dan berita. Artikel adalah tulisan kami yang tidak berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Sedangkan berita adalah tulisan kami yang ada kaitannya dengan sebuah peristiwa pada waktu tertentu. Masing-masing kategori tersebut kami kategorikan juga sesuai dengan bidang astronomi yang dibahasnya.

Untuk mempermudah dalam mencari apa yang Anda butuhkan, berikut adalah navigasi utama dalam situs ini:

Lihat kumpulan tulisan di halaman Koleksi Tulisan. Ajukan pertanyaan tentang astronomi di halaman Tanya Jawab. Lihat foto-foto astronomi di halaman Astrofotografi. Cari istilah-istilah astronomi di halaman Kamus Astronomi. Lihat peristiwa apa saja yang terjadi dalam setiap bulan di halaman Kalender Astronomi. Jangan lupa berikan kesan, pesan, saran ataupun kritik tentang situs dan pengelolanya dan lihat link/tautan astronomi di halaman Buku Tamu & Tautan. Temui kami di twitter dengan id @duniaastronomi dan di grup facebook.

_________

SOROT Kalender Astronomi 2012

Kalender Astronomi 2012Ada begitu banyak peristiwa astronomi yang terjadi setiap bulannya. Namun tidak semua orang tahu atau punya akses yang mudah untuk mengetahuinya. Tetapi tidak perlu khawatir, karena kini di DADC telah tersedia Kalender Astronomi 2012! Kalender meja ini adalah jawaban yang tepat agar kita tahu ada fenomena astronomi apa saja yang sedang ataupun akan terjadi. Hari dan waktu terjadinya fenomena tersebut tertulis jelas di kalender ini, begitu juga hari-hari bersejarah penjelajahan Tata Surya. Selain itu, nikmati juga keindahan foto-foto astronomi berkualitas dari Hubble Space Telescope dan European Southern Observatory. Selengkapnya »

Buku Menjelajahi Tata Surya

Membahas tentang tata surya dan benda-benda langit yang lain. Informasi-informasi yang tersedia didasarkan pada penemuan dan penelitian terbaru para ahli sehingga buku ini sangat layak menjadi panduan dalam usaha kita memahami tata surya kita dan alam semesta. … Ada hal-hal baru yang terungkap, tapi masih terdapat seribu satu rahasia yang belum terkuak. Buku ini mengajak kita untuk berpetualang. Jauh! Selengkapnya »

Galaksi Bimasakti

Terdapat banyak bintang, nebula, dan gugus bintang yang bisa diamati di langit setiap malamnya. Semua objek tersebut berada di dalam galaksi kita. Di beberapa bagian bintang nampak padat sehingga ketika langit cerah, bersih dari awan, dan kondisi sekitar yang gelap, kita bisa melihat pita berwarna putih yang memanjang dan melintasi beberapa rasi seperti Sagittarius (arah pusat Galaksi), Scorpius, Ophiucus, Aquila, Cassiopeia, Auriga, Crux, dan Centaurus. Sementara di bagian yang lain tampak celah-celah gelap yang menunjukkan adanya materi antar bintang yang tebal. Itulah (bidang) galaksi yang kita tinggali. Selengkapnya »

Geosentris Dan Heliosentris Di Eropa (1)

Jika dilihat secara sepintas, benda-benda di langit tampak bergerak dari timur ke barat. Selama satu hari satu malam, bintang-bintang, planet, Bulan, dan Matahari terbit dan tenggelam. Namun sebenarnya bukan hanya gerakan terbit dan tenggelam saja yang terjadi pada benda-benda langit tersebut. Ada yang bergerak dari ekuator ke utara, kembali ke ekuator, ke selatan, dan kembali lagi ke ekuator dalam waktu satu bulan atau satu tahun, seperti Bulan atau Matahari. Ada objek yang arah geraknya berubah-ubah dalam hitungan bulan. Awalnya bergerak dari barat ke timur lalu berubah menjadi dari timur ke barat, lalu kembali lagi seperti semula, sebagaimana yang terjadi dengan semua planet. Dan ada juga planet yang tidak pernah jauh dari Matahari, yang hanya terlihat di barat setelah Matahari terbenam atau di timur sebelum Matahari terbit. Dari gerakan benda-benda langit yang kompleks tersebut kemudian timbul pertanyaan besar, apa yang sebenarnya terjadi di langit? Selengkapnya »

Share
READ MORE - Dunia Astronomi

Geosentris Dan Heliosentris Di Eropa (2)

Tidak banyak perubahan yang terjadi pada bentuk model geosentris di Eropa sejak kehancuran bangsa Romawi di sekitar tahun 400 M karena tidak ada rekaman yang jelas tentang itu. Perkembangan ilmu astronomi baru menghangat kembali saat adanya gebrakan dari Copernicus (1473-1543 M) yang mengemukakan model heliosentrisnya. Model tersebut mengganggu kemapanan pengetahuan tentang alam semesta geosentris. Dan dibandingkan dengan kemunculannya yang pertama kali, kali ini model heliosentris benar-benar menyita perhatian masyarakat karena kesederhanaan yang digunakannya.

Bagi Copernicus, model geosentris versi Ptolemius sudah tidak sesuai dengan berbagai prinsip filosofis yang menyatakan keistimewaan manusia dan Buminya. Ia berpendapat demikian karena pusat sistem dalam model geosentris bukanlah Bumi, melainkan titik equant. Terlebih lagi equant adalah suatu benda yang tidak berwujud. Karena itu, Copernicus mencoba membuat model yang lebih sederhana dan lebih mudah secara matematis.

Mengukur jarak Venus dan Merkurius

Mengukur jarak Venus dan Merkurius dari Matahari

Kesederhanaan dalam model heliosentris buatan Copernicus ada setidaknya dua hal, yaitu masalah posisi planet Merkurius dan Venus yang tidak pernah jauh dari Matahari dan gerak retrograde planet. Menurut model ini, penjelasan atas permasalahan posisi Merkurius dan Venus adalah karena keduanya secara alamiah terletak di antara Matahari dan orbit Bumi. Berbeda dengan model geosentris Ptolemius yang memposisikan episiklis Merkurius dan Venus secara cerdik namun rumit, yaitu dengan menggambarkan titik pusat episiklis Merkurius dan Venus yang selalu berada pada garis hubung Matahari – Bumi sehingga ketiga benda itu selalu bergerak beriringan setiap saat. Kemudian gerak retrograde juga dijelaskan sebagai peristiwa yang alamiah karena terjadi ketika planet yang laju orbitnya tinggi mendahului planet lain yang laju orbitnya lebih rendah. Jauh lebih sederhana dibandingkan model geosentris yang memerlukan episiklis untuk menjelaskannya.

Kelebihan lain model heliosentris adalah jarak semua planet dari pusat sistem dapat ditentukan dengan relatif mudah. Untuk planet dalam (yang orbitnya berada di antara Matahari dan Bumi), penghitungan jarak bisa dilakukan dengan trigonometri pada saat planet mencapai elongasi terbesarnya dari Matahari. Sedangkan untuk planet luar (orbitnya lebih jauh dari posisi Bumi), penghitungan jarak masih bisa dilakukan walaupun dengan cara yang sedikit lebih rumit. Perhitungan jarak ini tidak bisa dilakukan orang dengan model geosentris.

historian 05Model heliosentris yang dibuat Copernicus ini masih menggunakan deferen dan episiklis. Tetapi berbeda dengan penggunaannya di model geosentris Ptolemius, episiklis dan deferen di sini bukan digunakan untuk menjelaskan gerak retrograde melainkan hanya untuk menjelaskan laju orbit planet yang tidak konstan. Copernicus berhasil membuat model alam semesta yang lebih sederhana, yaitu tanpa equant dan titik eksentris. Namun ternyata modelnya memerlukan lebih banyak episiklis daripada model geosentris Ptolemius agar dapat menjelaskan hasil pengamatan. Berarti model yang ia buat masih belum cukup sederhana. Hal ini terjadi karena ia masih memegang konsep bentuk orbit lingkaran sempurna.

Walaupun tampak cukup baik, namun Copernicus masih belum dapat memberikan bukti yang mendukung model heliosentrisnya. Copernicus menyadari hal ini dan karenanya ia berniat untuk tidak mempublikasikan karyanya itu ke masyarakat. Namun menjelang akhir kehidupannya Copernicus dibujuk oleh salah satu orang dekatnya untuk menerbitkan tulisannya itu dalam sebuah buku, dan akhirnya ia menyetujuinya. Bukunya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Caelestium (Revolusi Bola Langit) pun terbit dan sampai ke tangan Copernicus tepat di hari kematiannya, pada tanggal 24 Mei 1543. Untuk mengantisipasi kontroversi yang timbul, buku tersebut dilengkapi dengan pengantar yang menyatakan bahwa buku itu hanya memaparkan model alam semesta secara matematis saja dan tidaklah menggambarkan kenyataan sistem yang sesungguhnya. Tentu saja pernyataan ini tidak ditulis maupun disetujui oleh Copernicus.

Setelah kematian Copernicus, model heliosentrisnya tidak ikut mati. Yang terjadi justru kebalikannya, model tersebut begitu menyita perhatian publik. Penyebabnya adalah karena kontribusi beberapa orang dalam waktu kurang dari 100 tahun sejak kematian Copernicus. Mereka secara berturut-turut berperan dalam pengembangan model heliosentris baik secara langsung maupun tidak.

tokoh heliosentrisme

Tokoh pertama yang  berkontribusi besar dalam pengembangan teori heliosentris setelah kematian Copernicus adalah Tycho Brahe (1546-1601 M). Ketertarikan Tycho (dibaca Tiko) pada astronomi berawal setelah ia menyaksikan gerhana Matahari tanggal 21 Agustus 1560 yang sudah diprediksi sebelumnya. Karena dilahirkan sebagai keturunan bangsawan, Tycho pun bisa mengakses buku karya Ptolemius dan beberapa tabel astronomi, termasuk yang dibuat berdasarkan model

Pada bulan Agustus 1563, Tycho mengamati Jupiter dan Saturnus yang berada berdekatan di langit. Ternyata peristiwa ini sudah diprediksi dalam tabel astronomi yang ia miliki namun dengan akurasi yang rendah. Prediksi dari tabel Ptolemius melenceng sejauh satu bulan, sementara prediksi dari tabel Copernicus melenceng beberapa hari. Menurut Tycho, table astronomi seharusnya bisa memberikan akurasi lebih tinggi bila ditunjang dengan pengamatan planet yang lebih akurat dalam rentang waktu yang lama. Hal inilah yang kemudian menjadi cita-cita Tycho dan membuatnya meninggalkan kuliahnya.

Fenomena astronomi berikutnya yang ia hadapi adalah ketika munculnya sebuah bintang pada tahun 1572 di suatu titik yang tidak terlihat sebelumnya. Bintang ini kemudian disebut juga sebagai nova, yang berarti bintang baru. Nova tersebut lebih terang daripada Venus sehingga dapat dilihat di siang hari dan bertahan hingga lebih dari satu tahun. Tycho yang mencoba menentukan paralaks bintang tersebut dapat membuktikan bahwa bintang tersebut terletak sama jauhnya dengan bintang-bintang. Padahal masyarakat saat itu menganggap nova adalah peristiwa yang terjadi di atmosfer Bumi.

Tycho, yang sempat berkeliling Eropa untuk memperdalam ilmu astronominya, kemudian berkeinginan untuk menetap di Swiss. Namun Raja Denmark yang berkuasa saat itu tidak ingin kehilangan astronom terbaik di negerinya. Jadi ia kemudian memberikan Tycho sebuah pulau kecil agar ia tetap berada di Denmark. Di pulau itu Tycho pun membangun sebuah kastil bernama Uraniborg dan observatorium yang dilengkapi dengan peralatan yang memiliki akurasi tinggi.

Tycho Brahe dalam observatoriumnya

Tycho Brahe dan observatoriumnya

Di observatoriumnya inilah ia melakukan pengamatan komet pada tahun 1577. Banyak orang berpendapat bahwa komet, seperti juga nova sebelumnya, adalah fenomena yang terjadi atmosfer Bumi. Dan sekali lagi Tycho membuktikan bahwa komet itu bukan seperti yang dikira. Komet adalah sebuah benda langit yang terletak jauh di belakang Bulan.

Kedua hasil pengamatan Tycho tersebut memberikan pengaruh sangat besar terhadap dunia astronomi dan filosofi saat itu. Kepercayaan yang dianut banyak orang saat itu adalah bahwa area langit tempat bintang-bintang berada adalah tempat yang keadaannya selalu tetap, tanpa perubahan sejak era penciptaan. Hasil pengamatan Tycho terhadap nova itu kemudian diterbitkan dalam buku berjudul De Stella Nova yang membuatnya terkenal di seluruh Eropa, sedangkan hasil pengamatannya tentang komet baru terbit setelah ia meninggal dunia.

Tycho juga memiliki sebuah model alam semesta versinya sendiri. Model tersebut tampak seperti perpaduan antara model Ptolemius dan Copernicus, karena menyatakan bahwa Bumi ada di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh Matahari, Bulan dan bintang-bintang. Perbedaannya terletak pada posisi dominan Matahari karena dikelilingi oleh semua planet selain Bumi. Namun model ini tidak memiliki pengaruh besar kepada masyarakat di sekitarnya saat itu.

Di observatoriumnya, Tycho melakukan pengamatan yang akurat terhadap berbagai benda langit. Hasilnya adalah data tentang posisi planet-planet dan 700 bintang selama 20 tahun. Namun ia tidak dapat mengolah data tersebut karena kekurangannya dalam matematika. Setelah meninggalkan Denmark pada tahun 1597, ia membangun observatorium baru di Praha. Sembari menunggu pembangunan tersebut, ia mencari orang yang dapat mengolah data yang dimilikinya. Kemudian baru di tahun 1600 ia mempekerjakan seorang ahli untuk mengolah data tersebut. Orang itu adalah Johannes Kepler (1571-1630 M). Kepler memiliki tugas melakukan analisis matematika terhadap data yang dimiliki Tycho. Setelah Tycho meninggal, data pengamatan Tycho yang sangat penting itu segera diambil alih oleh Kepler. Ia kemudian menghabiskan waktu hingga 8 tahun sebelum menemukan apa yang kita sebut sekarang dengan Hukum Kepler.

Kepler mempublikasikan dua hukum awalnya terlebih dahulu pada tahun 1609 dan hukum ketiganya baru 10 tahun kemudian. Seperti kita tahu, Hukum Pertama Kepler menyebutkan bahwa semua planet mengelilingi Matahari dengan bentuk orbit elips, bukan lingkaran, dan Matahari terletak bukan di tengah elips melainkan di titik fokusnya. Kemudian Hukum Kedua Kepler menyebutkan bahwa laju orbit planet berubah-ubah, lambat jika jauh dari Matahari (di titik aphelion) dan cepet jika dekat dari Matahari (di titik perihelion). Dengan dua hukum awal ini maka episiklis dan deferen sudah tidak diperlukan lagi. Model heliosentris pun berubah menjadi jauh lebih sederhana.

Di saat yang hampir bersamaan, Galileo (1564-1642 M) mengarahkan teleskopnya ke langit dan melakukan beberapa pengamatan yang hasilnya mendukung model heliosentris. Pertama, ia menyaksikan perubahan fase Venus dari waktu ke waktu, seperti halnya Bulan. Galileo mengetahui bahwa penyebabnya adalah perubahan posisi Venus ketika mengelilingi Matahari dan hal ini tidak akan terjadi pada model geosentris. Lalu pengamatannya pada Jupiter menunjukkan bahwa ada 4 buah benda yang selalu berada di sekitar Jupiter sepanjang waktu. Menurut Galileo, keempatnya adalah satelit Jupiter dan hubungannya dengan Jupiter sama seperti hubungan Bumi dan Bulan. Pemahaman ini memberikan perubahan pemikiran tentang hubungan Bumi-Bulan dalam model heliosentris. Dahulu orang berpikir bahwa jika Bumi mengelilingi Matahari, maka Bulan (yang mengelilingi Bumi) akan tertinggal. Namun fakta bahwa Jupiter tidak meninggalkan 4 satelitnya (kini disebut dengan satelit Galilean) menunjukkan bahwa Bulan juga ti dak akan tertinggal dari Bumi walaupun Bumi bergerak mengelilingi Matahari.

Pengamatan Galileo pada Bulan dan Matahari juga memberikan pengaruh besar di jaman itu. Bulan diketahui memiliki permukaan yang tidak rata sedangkan Matahari diketahui memiliki bintik gelap (sunspot) yang bergerak di permukaan Matahari seiring dengan rotasi Matahari. Kedua fakta tersebut menyanggah filosofi bahwa semua benda langit adalah benda yang sempurna, tanpa kecacatan.

Venus, Bulan, Jupiter, Matahari

Ilmu baru ini bukannya diterima oleh masyarakat luas namun justru membuat Galileo dihukum. Ia dianggap membuat ajaran baru yang menentang agama saat itu. Dalam keadaan buta, ia dijadikan tahanan di rumahnya sendiri. Cap sebagai terhukum pada Galileo sendiri baru dicabut pada tahun 1992, dan sejak itu ia dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbaik.

Paska penemuan Kepler, model heliosentris tidaklah dapat diterima langsung oleh masyarakat saat itu. Penyebabnya adalah apa yang ditemukan Kepler belum dapat dijelaskan secara fisis. Belum ada penjelasan secara ilmiah mengapa Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya. Tidak lama setelah itu, jawaban yang dinanti pun muncul dari Newton (1642-1727 M). Hukum Gravitasi Newton yang kita kenal sekarang ini ternyata berkaitan erat dengan Hukum Ketiga Kepler, yang menunjukkan adanya hubungan antara kuadrat periode orbit dengan pangkat tiga jaraknya dari pusat sistem. Hukum Newton juga menyebutkan bahwa sudah sepantasnyalah benda bermassa kecil mengelilingi benda yang bermassa lebih besar. Maka, semakin kuatlah dukungan terhadap model heliosentris.

Model heliosentris akan semakin kuat jika bukti rotasi dan revolusi Bumi ditemukan. Keduanya hanya tinggal menunggu waktu saja seiring dengan teknologi yang semakin canggih. Akhirnya memang bukti-bukti tersebut ditemukan. Bukti revolusi Bumi yang pertama ditemukan adalah aberasi bintang pada tahun 1727 oleh James Bradley walaupun ia sedang mencari bukti adanya paralaks bintang. Sementara paralaks bintang baru ditemukan pada tahun 1837 oleh F. Bessel. Sedangkan bukti Bumi berotasi adalah adanya efek Coriolis dan efek pendulum Foucault.

Kita bisa lihat bahwa kelahiran dan perkembangan model alam semesta (dalam hal ini, tata surya) selalu berkaitan dengan pengamatan. Model heliosentris akhirnya bisa diterima masyarakat karena memang model tersebut sederhana, dan yang penting, ada bukti-bukti yang mendukungnya. Jadi kita bisa menilai model mana yang lebih objektif. Kecuali ada bukti-bukti baru yang mendukung model geosentris, model heliosentris akan terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Share

READ MORE - Geosentris Dan Heliosentris Di Eropa (2)

Matahari, Bintang Terbaik Yang Kita Miliki

Matahari kita adalah sebuah bintang, yaitu bola gas panas raksasa yang mengeluarkan energi dan cahaya. Ukurannya begitu besar dibandingkan dengan Bumi dan planet-planet lainnya. Namun sebenarnya, Matahari termasuk bintang yang ukurannya biasa saja. Masih banyak bintang lain yang berukuran jauh lebih besar ataupun jauh lebih kecil darinya. Tetapi tetap saja Matahari adalah satu bintang yang sangat istimewa bagi manusia, Bumi, dan tata surya kita.

Matahari memiliki diameter 1,4 juta km dan massa 1,9 x 10^30 kg. Di galaksi Bimasakti, ukuran sebesar ini termasuk dalam 10% yang terbesar. Jauh lebih banyak bintang dengan ukuran dan massa yang lebih kecil (yang terbanyak adalah bintang dengan massa setengah massa Matahari).

Matahari (Sumber: wikipedia)

Matahari (Sumber: wikipedia)

Matahari adalah bintang deret utama dengan kelas G2. Materi penyusunnya adalah hidrogen sebanyak 70%, helium 28%, dan sisanya unsur berat lain. Permukaannya (fotosfer) bersuhu 5.800 K, sedangkan di bagian pusat suhunya mencapai 15 juta K. Cahaya Matahari yang berwarna putih kekuningan yang bisa kita lihat berasal dari lapisan fotosfer. Di lapisan ini terdapat banyak kejadian menarik, di antaranya adalah bintik Matahari, granulasi, prominensa, dan filamen. Di bagian luar terdapat atmosfer yang disebut korona. Bagian ini memiliki temperatur 5 juta K. Karena terangnya fotosfer, kita tidak dapat mengamati korona kecuali ketika terjadi gerhana Matahari total.

Sebagai sebuah bintang, Matahari memiliki pabrik pembangkit energi yang sangat aktif di bagian pusatnya. Di bagian yang kerapatannya sangat tinggi ini (150 kali kerapatan air), atom-atom hidrogen bereaksi membentuk helium dalam serangkaian reaksi. Reaksi penggabungan (fusi) ini menghasilkan energi yang sangat besar, yaitu 386 miliar miliar juta watt. Setiap detiknya, sebanyak 700 juta ton hidrogen diubah menjadi 695 juta ton helium dan 5 juta ton energi dalam bentuk sinar gamma.

Korona Matahari terlihat ketika gerhana Matahari total (Sumber: wikipedia)

Korona Matahari terlihat ketika gerhana Matahari total (Sumber: wikipedia)

Bintik Matahari adalah suatu area gelap di fotosfer yang suhunya lebih rendah relatif terhadap sekitarnya (3800 K berbanding 5800 K). Keberadaannya bergantung pada aktivitas medan magnet di Matahari. Dan jumlahnya akan meningkat atau menurun secara periodik, setiap 11 tahun sekali. Jika jumlahnya sangat banyak, maka kita sebut Matahari sedang berada dalam masa aktif. Diperkirakan puncak dari keaktifan Matahari yang berikutnya akan terjadi pada tahun 2013 nanti. Mungkin kita sering mendengar hal ini dari isu kiamat 2012. Namun tentu saja keduanya tidak ada berkaitan.

Diagram penampang Matahari (Sumber: wikipedia)

Diagram penampang Matahari (Sumber: wikipedia)

Sebagaimana manusia, bintang juga lahir, tumbuh besar, lalu mati. Semakin besar massa sebuah bintang, maka kala hidupnya semakin singkat dan sebaliknya. Usia Matahari saat ini, atau sama dengan usia tata surya kita, adalah sekitar 4,57 milyar tahun. Diperkirakan Matahari masih akan terus seperti sekarang hingga 5 milyar tahun lagi. Setelah itu, Matahari akan memasuki fase raksasa merah (red giant). Disebut demikian karena ukurannya akan membesar hingga 250 kali lipat dan mungkin akan mencapai orbit Bumi (sejauh 150 juta km).

Diagram Evolusi Matahari (Sumber: wikipedia)

Diagram Evolusi Matahari (Sumber: wikipedia)

Evolusi seperti ini adalah hal yang biasa untuk bintang bermassa kecil dan menengah. Di akhir kehidupannya, Matahari tidak akan menjadi supernova dan lubang hitam karena evolusi tersebut hanya untuk bintang bermassa besar. Setelah tahap raksasa merah, kemudian Matahari akan melontarkan lapisan luarnya hingga membentuk planetary nebula. Bagian yang tersisa dari Matahari hanyalah intinya saja, yang disebut dengan bintang katai putih (white dwarf). Akhirnya ia akan mendingin secara perlahan hingga milyaran tahun.

Peran penting Matahari bagi masyarakat sudah tampak dari berbagai peradaban kuno. Di jaman Yunani kuno Matahari disebut dan dipuja sebagai dewa Helios. Sedangkan di jaman Romawi Matahari diperlakukan sama dengan sebutan Sol. Matahari juga berperan penting di tata surya kita. Massanya mencapai 99,86% dari massa total tata surya. Hal ini menunjukkan betapa Matahari sangat dominan. Ikatan gravitasinya membuat planet-planet dan benda lainnya di tata surya bergerak mengelilingi Matahari secara teratur. Dan Matahari pun mengajak seluruh tata surya untuk mengelilingi pusat galaksi Bimasakti dalam periode sekitar 220 juta tahun.

Cahaya yang dipancarkan Matahari sangat membantu kita dalam banyak hal. Selain memberikan panasnya di siang hari, informasi yang ada di dalam cahaya Matahari berperan besar dalam pengetahuan yang kita miliki sekarang tentang bintang-bintang di alam semesta. Dalam jarak yang tepat, cahayanya juga memberikan jaminan terhadap kebutuhan energi yang diperlukan dalam kehidupan di Bumi.

Spektrum Matahari juga berjasa dalam banyak hal. Dahulu, saat spektrum Matahari dipelajari pertama kali, manusia menemukan unsur helium. Unsur ini dinamakan demikian karena saat itu hanya ditemukan di Matahari. Dan dari spektrum inilah kita mengetahui bahwa Matahari dan bintang adalah benda yang sejenis.

Singkat kata, Matahari adalah benda percobaan terdekat bagi astronom di laboratorium alam semesta dalam meneliti bintang. Berbagai misi luar angkasa yang khusus meneliti Matahari telah dan akan diluncurkan demi mengenal Matahari lebih dekat, seperti Pioneer, Helios, SOHO, Genesis, Stereo, dan lain-lain.

Sejak tata surya terbentuk hingga sekarang, peran Matahari dalam mendukung kehidupan di Bumi sangatlah besar. Namun tidak selamanya akan berjalan begitu, karena dalam evolusinya Matahari akan memanas dan membesar. Saat itu, Matahari sudah tidak lagi mendukung kehidupan. Bahkan ia akan menelan dan menghancurkan Merkurius, Venus, dan kemudian Bumi. Akankah kehidupan di Bumi saat itu sudah berpindah ke planet lain? Atau mungkin ke planet di bintang lain, galaksi lain? Sebaiknya begitu, tetapi siapa yang tahu.

Share

READ MORE - Matahari, Bintang Terbaik Yang Kita Miliki

Hujan Meteor Quadrantids

Hujan meteor Quadrantid adalah salah satu hujan meteor yang terbaik dalam setahun. Jumlah meteor mencapai 100 buah per jam. Asal radian dari hujan meteor ini adalah di dekat rasi Bootes, yang terletak di belahan langit utara.

Sedikit berbeda dengan penamaan hujan meteor lainnya, hujan meteor ini dinamakan sesuai dengan rasi yang kini sudah tidak ada lagi. Rasi yang dimaksud adalah Quadran Muralis. Rasi yang ditemukan oleh J. Lalande pada tahun 1795 ini terletak dekat ekor dari Ursa Major, di antara Bootes dan Draco. Rasi ini menunjukkan alat mural quadrant, yang biasa digunakan untuk menentukan posisi benda langit.

Rasi Quadran Muralis

Rasi Quadran Muralis (Sumber: www.pa.msu.edu)

Hujan meteor ini terjadi pada pekan pertama Januari, dengan puncaknya berada pada tanggal 3 Januari. Rasi Bootes akan terbit sekitar pukul 2 dini hari, sehingga hujan meteor ini akan dapat disaksikan dengan lebih baik sekitar pukul 3, setelah arah radiannya sudah cukup tinggi di langit sebelah timur.

Mengamati hujan meteor Quadrantids (Sumber: science.nasa.gov)

Mengamati hujan meteor Quadrantids (Sumber: science.nasa.gov)

Hujan meteor ini pertama kali diamati pada tahun 1825. Namun posisinya yang berada jauh di utara menyebabkan hujan meteor ini sering tidak dapat diamati dengan baik. Karena di bulan Januari, belahan bumi utara mengalami musim dingin, sehingga langit tidak terlalu bersahabat. Selain itu juga karena puncak dari hujan meteor ini hanya berlangsung sekitar 2 jam saja.

Berbeda dengan kebanyakan hujan meteor lainnya, asal material hujan meteor ini tidak diketahui dengan pasti. Dugaannya adalah komet yang menjadi sumber hujan meteor ini sudah hancur sejak lama.

Aurora dan meteor-meteor Quadrantids (Sumber: APOD)

Aurora dan meteor-meteor Quadrantids (Sumber: APOD)

Share

READ MORE - Hujan Meteor Quadrantids

Gerhana Matahari Sebagian 4 Januari 2011

Di hari keempat di tahun yang baru ini, kita langsung disambut fenomena astronomi yang menakjubkan: Gerhana Matahari Sebagian (GMS). Gerhana ini akan berlangsung dari pukul 6.40 GMT (13.40 WIB) hingga 11 GMT (18 WIB). Namun sayangnya, GMS ini tidak dapat diamati dari Indonesia karena area yang dilalui oleh bayangan penumbra Bulan hanyalah di kawasan Eropa, Afrika bagian utara, dan sedikit Asia.

GMS 20110104 (Sumber: eclipse.org.uk)

GMS 20110104 (Sumber: eclipse.org.uk)

Gerhana Matahari Sebagian terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi membentuk satu garis lurus dan dalam konfigurasi yang sedemikian rupa sehingga hanya bayangan sekundernya saja yang jatuh di permukaan Bumi. Area yang terkena bayangan sekunder dari Bulan (disebut juga penumbra) inilah yang mengalami Gerhana Matahari Sebagian.

Animasi GMS 20110104 (Sumber: eclipse.org.uk)

Animasi GMS 20110104 (Sumber: eclipse.org.uk)

Negara pertama yang dapat melihat gerhana Matahari kali ini adalah Aljazair. Lalu Rusia, Kazakstan, Mongolia, dan Cina di bagian barat laut akan dapat mengamati Matahari terbenam dalam keadaan gerhana. Silakan lihat tautan ini untuk mencari daftar lengkap kota yang terkena akan dapat mengamati GMS kali ini.

Share

READ MORE - Gerhana Matahari Sebagian 4 Januari 2011

Merkurius, Planet Terkecil, Terdekat, dan Tercepat

Merkurius adalah planet terkecil di tata surya dan terdekat dari Matahari. Nama planet ini diambil dari nama dewa pengantar pesan jaman Romawi kuno. Ia diberi nama tersebut karena pergerakannya di langit yang sangat cepat.

Planet Merkurius (Sumber: Wikipedia)

Planet Merkurius (Sumber: Wikipedia)

Dari Bumi, Merkurius hanya bisa diamati secara visual pada jarak maksimum 28,3 derajat dari Matahari. Artinya, planet ini hanya terlihat di langit timur sebelum Matahari terbit atau di barat setelah Matahari terbenam. Dengan jarak sudut sekecil itu, kita hanya memiliki waktu maksimum selama 1 jam 53 menit saja untuk mengamati planet ini, yaitu pada saat Merkurius mencapai elongasi maksimalnya. Jadi, kita tidak akan pernah bisa melihat Merkurius berada di zenith (lihat gambar di bawah). Karena kemunculannya yang bergantian itu planet ini sempat diidentifikasi oleh masyarakat Yunani kuno sebagai 2 benda yang berbeda. Kala itu, Merkurius yang muncul di langit timur diberi nama Apollo dan yang muncul di langit barat diberi nama Hermes.

Jika kita berada di Merkurius, kita dapat menyaksikan Matahari bergerak retrograde di langit. Di satu lokasi, setelah terbit di timur dan sebelum melintasi meridian, Matahari akan sedikit bergerak mundur lalu kembali bergerak ke barat hingga terbenam. Begitu pula setelah Matahari terbenam, ia akan mengalami gerak retrograde sekali lagi (walaupun tidak dapat diamati). Akibatnya, satu hari di sana (sekali siang dan sekali malam) sama dengan 176 hari Bumi (sekitar 6 bulan). Silakan lihat sendiri dengan menggunakan program simulasi langit Stellarium.

Penyebab gerak retrograde Matahari itu berkaitan dengan periode revolusi dan rotasinya. Periode revolusi Merkurius adalah 88 hari Bumi, sedangkan periode rotasinya adalah 58,7 hari Bumi. Kita bisa lihat bahwa perbandingan periode rotasi dan revolusinya adalah 2/3. Artinya, planet ini menyelesaikan 2 kali revolusinya dalam waktu yang bersamaan dengan 3 kali rotasi.

Planet dalam jika dilihat dari Bumi (Sumber: Wikipedia)

Planet dalam jika dilihat dari Bumi (Sumber: Wikipedia)

Hubungan antara periode rotasi dan revolusi ini (disebut juga dengan resonansi) adalah hal yang unik di tata surya. Resonansi yang umum terdapat di tata surya adalah 1:1. Artinya, periode rotasi sama dengan periode revolusi. Misalnya pada sistem Pluto dan Charon, yang masing-masing memiliki periode rotasi yang sama dengan periode revolusi Charon terhadap Pluto. Akibatnya, Pluto dan Charon saling menunjukkan permukaan yang tetap. Bulan juga memiliki resonansi 1:1 karena periode rotasinya sama dengan periodenya mengelilingi Bumi. Kita tahu akibatnya, yaitu permukaan Bulan yang terlihat dari Bumi selalu tetap.

Ciri fisik
Planet batuan ini hanya berdiameter 4800 km. Ukuran ini lebih kecil dari Ganymede dan Titan, 2 satelit terbesar di tata surya. Tetapi Merkurius masih lebih masif dari keduanya. Dan kerapatannya 5,43 g/cm^3, menjadikannya benda dengan kerapatan tertinggi kedua di tata surya setelah Bumi. Ketebalan bagian inti planet ini lebih dominan relatif terhadap ukurannya, yaitu mencapai 60% dari massanya. Jaraknya dari Matahari antara 46 juta km hingga 70 juta km. Eksentrisitas orbitnya paling besar di antara semua planet, yaitu 0,21.

Inklinasi orbit Merkurius terhadap ekliptika adalah 7 derajat. Sudut kemiringan sumbu rotasinya terhadap sumbu revolusi mendekati nol, sekitar 0,027 derajat. Masih lebih kecil dari Jupiter yang sebesar 3,1 derajat. Dengan sudut sekecil itu, tidak ada 4 musim di Merkurius belahan utara dan selatan. Temperatur di permukaannya bervariasi antara 80 – 700 K.

Misi penerbangan ke Merkurius
Merkurius adalah salah satu objek yang sulit diamati, sehingga tidak banyak informasi yang bisa diperoleh darinya. Bahkan, periode rotasi planet ini baru diketahui benar pada tahun 1965 setelah Merkurius diamati dengan radar.

Pengiriman wahana untuk meneliti Merkurius dari dekat pun tidak mudah. Posisinya yang dekat dengan Matahari, ketiadaan atmosfer, dan perbedaan laju orbit adalah beberapa hal yang menyulitkan. Alhasil, hingga kini baru ada 1 misi yang sukses mengamati Merkurius, yaitu Mariner 10.

Wahana Mariner 10 diluncurkan pada 3 November 1973. Proses keberangkatannya yang memanfaatkan planet Venus (sebagai “ketapel” gravitasi) adalah yang pertama dilakukan dalam sejarah penerbangan antariksa. Ketika melintas di dekat Venus, wahana ini mengambil rekaman fotografi ultraungu dari planet itu. Walaupun Venus sudah pernah diamati dengan teleskop landas Bumi sebelumnya, tetap saja foto Venus yang diberikan Mariner 10 ini mengundang kekaguman para peneliti.

Wahana ini telah memberikan pengetahuan luar biasa tentang permukaan Merkurius. Selain itu, wahana ini juga mendeteksi adanya medan magnet di Merkurius. Satu hal yang mengagetkan bagi peneliti karena planet ini memiliki rotasi yang lambat. Akhirnya, pada tahun 1975 Mariner 10 pun sudah tidak berfungsi lagi setelah bahan bakarnya habis dan kontak dihentikan.

Mariner 10 (kiri) dan Messenger (Sumber: Wikipedia)

Mariner 10 (kiri) dan Messenger (Sumber: Wikipedia)

Baru pada tahun 1998, misi terbaru ke Merkurius mulai direncanakan. Wahana pada misi itu dinamai Messenger, yang diluncurkan pada tanggal 3 Agustus 2004. Target misi ini adalah mengorbit Merkurius pada tanggal 18 Maret 2011. Terdapat 6 pertanyaan yang harus dicari jawabannya oleh Messenger: 1. Mengapa kerapatan Merkurius begitu tinggi?; 2. Bagaimana riwayat sejarah geologis planet ini?; 3. Bagaimana sifat medan magnet Merkurius?; 4. Bagaimana susunan internal Merkurius?; 5. Apa materi yang terdapat pada kutub-kutub Merkurius?; dan 6. Bagaimana komposisi atmosfer Merkurius?

Di masa yang akan datang, sebuah misi lagi akan dijalankan. Namanya BepiColombo. Misi ini akan melengkapi data yang didapat Messenger. Direncanakan untuk diluncurkan pada tahun 2013 dan mengorbit Merkurius pada tahun 2019, BepiColombo akan mengumpulkan data selama 1 atau 2 tahun. Para ilmuwan tentunya berharap kedua misi tersebut akan membawa manusia semakin mengenal karakteristik planet kecil ini.

Share

READ MORE - Merkurius, Planet Terkecil, Terdekat, dan Tercepat

Senin, 02 April 2012

Hujan Meteor Lyrids

Setiap bulan April sekitar tanggal 22, jangan lupa untuk mengamati langit dinihari. Saat itu ada peristiwa astronomi menarik sedang terjadi, yaitu hujan meteor Lyrid. Nama Lyrid berarti arah radian meteor tersebut berasal dari rasi Lyra, sebuah rasi di sebelah utara dengan bintang terangnya yang bernama Vega. Jumlah meteor yang bisa kita lihat saat itu adalah sekitar 15 buah per jam. Namun terkadang bisa mencapai 60 buah per jamnya!

Meteor adalah peristiwa masuknya batuan ke atmosfer Bumi. Karena bergesekan dengan partikel di atmosfer, batuan tersebut memanas dan terkikis, bahkan memijar. Pijaran inilah yang kita sebut meteor, atau sering disebut dengan bintang jatuh. Kebanyakan meteor dalam sebuah hujan meteor akan terbakar habis di atmosfer karena ukurannya kecil. Tetapi ada juga meteor yang tidak habis di atmosfer melainkan terus turun dan menumbuk permukaan Bumi. Tumbukan ini dapat menghasilkan kawah dan sisa batuan yang ditemukan disebut meteorit. Meteorit ini biasanya bukan berasal dari hujan meteor, tetapi termasuk dalam kelompok meteor sporadis karena ukurannya yang lebih besar.

Posisi rasi Lyra dan Vega 22 April pk 3 dinihari

Posisi rasi Lyra dan Vega 22 April pk 3 dinihari

Suatu hujan meteor terjadi jika Bumi memasuki area di orbitnya yang memiliki banyak batuan. Dari manakah asal batuan itu dan kenapa jumlahnya banyak? Kometlah yang meninggalkan batuan tersebut. Komet yang sedang mendekati Matahari akan meninggalkan jejak berupa serpihan batuan di lintasannya. Apabila komet tersebut melintas begitu dekat dengan orbit Bumi (atau bahkan berpotongan dengannya), maka kita akan mengalami hujan meteor jika Bumi melewati wilayah itu. Hujan meteor Lyrid diperkirakan berasal dari komet Thatcher, yang ditemukan tahun 1861.

Bagaimana cara menikmati hujan meteor Lyrid ini? Persiapannya adalah kita harus cari tempat datar dengan pemandangan langit yang tak terhalang. Lalu tikar/alas untuk tiduran, baju hangat, serta makanan ringan dan minuman hangat juga kalau perlu. Tidak perlu teleskop atau binokular. Hujan meteor adalah fenomena mata telanjang. Memakai alat bantu justru tidak dianjurkan karena meteor adalah objek yang bergerak cepat, kita tidak bisa melihatnya melalui piranti tersebut.

Untuk melihat sebuah hujan meteor, kita tidak perlu berkonsentrasi ke arah radiannya saja. Karena meteor justru akan tersebar di segala arah. Oleh karena itu, apabila kita hanya memperhatikan rasi Lyra saja, kita mungkin akan kehilangan kesempatan melihat meteor di sebelah selatan atau arah lain. Inilah mengapa kita harus mencari area dengan pemandangan langit yang seluas-luasnya.

Sayangnya, hujan meteor Lyra kali ini berlangsung ketika Bulan sedang dalam fase cembung akhir. Artinya, cahaya Bulan akan sangat mengganggu kenampakan meteor yang redup. Sehingga jumlah meteor yang terlihat jadi lebih sedikit. Walaupun begitu, fenomena ini tetap menarik untuk diamati. Jadi, selamat melakukan pengamatan :) .

Share

READ MORE - Hujan Meteor Lyrids

Global Astronomy Month April 2011

Bulan April 2011 telah dicanangkan sebagai Bulan Astronomi Internasional (Global Astronomi Month, GAM)oleh komunitas astronomi internasional yang bernama Astronomy Without Borders (AWB). Latar belakangnya adalah kesuksesan IYA 2009 dan 100 Hours of Astronomy yang diselenggarakan bulan April 2009. Respon yang tinggi terhadap kegiatan itu kemudian membuat AWB mencanangkan Bulan Astronomi Internasional di bulan April 2010 dan kemudian 2011.

GAM April 2011 (Sumber: gam-awb.org)

GAM April 2011 (Sumber: gam-awb.org)

Dalam kegiatannya, AWB menginginkan agar warga dunia sadar atas posisinya di alam semesta dengan menikmati langit. Slogan mereka, One People One Sky, menunjukkan bahwa langit adalah milik semua orang. Bukan milik para astronom yang meneropongnya dengan berbagai piranti canggih atau berhitung untuk memecah kerumitan dan kegelapan masa lalu alam semesta kita. Langit adalah milik dokter, guru, sastrawan, pelajar, tukang bangunan, politisi, siapapun, semuanya.

Di bulan April ini, banyak sekali tema kegiatan yang telah diprogram. Ada Globe At Night (24 Maret – 4 April), International Dark Skies Week (1 – 8 April), 30 Nights of StarPeace (1 – 30 April), Global Star Party (9 April), Lunar Week (10 – 16 April), Yuri’s Night (12 April), SunDay (17 April), Meteors Without Borders (21 – 22 April), International Earth and Sky Photo Contest, dan banyak lagi. Banyak kontributor yang menyelenggarakan kegiatan berkaitan dengan tema tersebut di banyak negara, termasuk Indonesia.

Setidaknya ada 4 kota di Indonesia yang memiliki kegiatan astronomi berkaitan dengan GAM 2011 ini, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Tenggarong. Semua kegiatan di kota-kota tersebut dikoordinasi oleh komunitas astronomi setempat, kecuali di Tenggarong yang diselenggarakan oleh Planetarium Jagad Raya (dan admin DADC). Di Jakarta ada HAAJ, di Bandung ada Langit Selatan, dan di Yogyakarta ada JAC.

Acara di Tenggarong sendiri adalah pengamatan Saturnus, Bulan, dan benda langit lainnya dengan teleskop yang diadakan setiap hari Sabtu selama bulan April 2011. Kegiatan berlangsung dari pukul 19.00 – 22.00 WITA. Acara yang sudah berlangsung 2 kali ini berjalan dengan baik, ditandai dengan banyaknya orang yang datang. Mereka cukup antusias dengan kegiatan tersebut. Diskusi berlangsung seru dan sepertinya banyak dari mereka yang mendapatkan hal baru tentang astronomi.

Semoga kegiatan ini membuka mata masyarakat terhadap indahnya langit dan mendorong mereka untuk mengurangi polusi cahaya domestik. Karena langit adalah milik semua orang, jangan sampai polusi cahaya yang kita buat menghalangi orang lain menikmati langitnya.

Share

READ MORE - Global Astronomy Month April 2011

Hujan Meteor Eta Aquarids

Hujan meteor Lyrids sudah berlalu, kini saatnya kita bersiap untuk yang berikutnya yang bernama Eta Aquarids. Hujan meteor ini berlangsung sejak tanggal 19 April hingga 28 Mei dengan puncaknya adalah pada tanggal 8 mei pukul 1.31 GMT. Karenanya, pengamatan bisa dilakukan 3 hari sebelum dan sesudah masa puncaknya karena jumlah meteornya cuku banyak di sekitar masa puncak itu.
Hujan meteor ini disebut dengan nama Eta Aquarids karena titik radiannya ada di sekitar bintang Eta Aquarid di rasi Aquarius. Rasi ini sendiri baru terbit sekitar pukul 1 dinihari. Salah satu hal yang membedakannya dengan hujan meteor Lyrids adalah kali ini jumlah meteornya berada di kisaran 60 buah per jam atau 1 per menit.

Rasi Aquarius tgl 8 Mei pk 3 dinihari

Rasi Aquarius tgl 8 Mei pk 3 dinihari

Hujan meteor ini berasal dari komet Halley, sebuah komet terkenal yang memiliki periode 76 tahun dan terakhir terlihat dari Bumi pada tahun 1986. Selain menghasilkan hujan meteor ini, komet Halley juga menghasilkan hujan meteor Orionids di bulan Oktober.

Bagaimana cara menikmati hujan meteor ini? Persiapannya adalah kita harus cari tempat dengan pemandangan langit yang tak terhalang. Lalu tikar/alas untuk berbaring, baju hangat, serta makanan ringan dan minuman hangat juga kalau perlu. Tidak perlu teleskop atau binokular. Hujan meteor adalah fenomena mata telanjang. Memakai alat bantu justru tidak dianjurkan karena meteor adalah objek yang bergerak cepat, kita tidak bisa melihatnya melalui piranti tersebut.

Saat berbaring, kita sebaiknya tidak berkonsentrasi ke arah radiannya saja. Karena meteor justru akan berada di segala arah. Apabila kita hanya memperhatikan radiannya saja, kita mungkin akan kehilangan kesempatan melihat meteor di arah lain. Inilah mengapa kita harus mencari area dengan pemandangan langit yang seluas-luasnya.

Berbeda dengan hujan meteor Lyrid, kali ini Bulan berada pada fase baru dan tidak akan terlihat di dini hari. Jadi kita tidak akan terganggu polusi cahaya Bulan. Meteor-meteor redup akan lebih mudah dilihat, jumlah keseluruhannya pun jadi lebih banyak pula. Maka, kami ucapkan selamat melakukan pengamatan :) .

Share

READ MORE - Hujan Meteor Eta Aquarids

Planetarium Jagad Raya Tenggarong

Tenggarong menjadi kota ke-3 di Indonesia yang memiliki planetarium setelah Jakarta dan Surabaya. Planetarium yang diberi nama Planetarium Jagad Raya itu didirikan pada tahun 2002 oleh Bupati Kutai Kartanegara dan diresmikan pada tahun 2003 oleh Hamzah Haz.

Tenggarong adalah sebuah kota yang berada sekitar 25 km di sebelah barat Samarinda, ibukota propinsi Kalimantan Timur. Untuk mencapainya dari luar Kalimantan dengan pesawat terbang, kita bisa mendarat di Balikpapan atau Samarinda dan kemudian melakukan perjalanan darat selama 3 atau 1 jam.

Planetarium ini terletak di tepi sungai Mahakam dan berjarak sekitar 4 km di sebelah utara jembatan Kutai Kartanegara. Lokasi Planetarium cukup strategis karena berdekatan dengan museum Tenggarong dan dermaga penyeberangan ke Pulau Kumala (pulau di tengah sungai Mahakam). Wisatawan yang datang ke Tenggarong biasanya akan mengunjungi ketiga tempat wisata tersebut sekaligus.

Ruang Pertunjukan (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Ruang pertunjukan (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Planetarium buka setiap hari selain hari Jumat, mulai pukul 08.00 hingga pukul 14.00 WITA. Di hari libur nasional pun Planetarium tetap buka kecuali hari libur yang jatuh di hari Jumat dan hari pertama Idul Fitri. Harga tiket masuknya adalah Rp 7.500 untuk kategori dewasa dan Rp 5.000 untuk kategori anak-anak di bawah 12 tahun.

Agar dapat menikmati pertunjukan, jumlah minimal pengunjung adalah 30 orang (kategori umum) atau 40 orang kategori rombongan. Untuk kategori rombongan ada diskon khusus karena harga tiket dibuat sama rata, yaitu Rp 5.000 per orang. Apabila di bawah jumlah tersebut, pertunjukan juga bisa dimulai asalkan pengunjung membayar Rp 200.000, berapapun pengunjungnya.

Pengamatan langit malam dalam rangka GAM2011 (sumber: Planetarium Tenggarong)

Pengamatan langit malam dalam rangka GAM2011 (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Kapasitas ruang pertunjukan di Planetarium Jagad Raya adalah 92 kursi dengan kubah bergaris tengah 11 meter. Proyektornya ada 10 buah, terdiri dari 1 buah proyektor utama, 8 buah proyektor slide (6 untuk allsky projection), dan 1 proyektor meteor. Proyektor utama planetarium adalah Skymaster ZKP 3 buatan Carl-Zeiss, Jerman. Proyektor ini masih dalam kondisi yang baik walaupun belum pernah diganti sejak berdirinya.

Selain pertunjukan simulasi langit, Planetarium juga memiliki ruang pameran yang berisikan 52 buah poster tentang objek-objek di tata surya, galaksi, dan alam semesta. Ada pula perpustakaan dengan ruang baca lesehan, serta 2 buah teleskop yang sering digunakan ketika ada acara pengamatan benda langit.

Pengamatan Matahari dalam rangka SUNday GAM2011 (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Pengamatan Matahari dalam rangka SUNday GAM2011 (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Kegiatan lain yang dilakukan Planetarium adalah kerja sama pengamatan hilal bulan Ramadhan dan Syawal bersama Observatorium Bosscha dan Kemenkominfo, pengamatan langit malam dalam rangka Global Astronomy Month April 2011, pengamatan Matahari, serta astrofotografi. Beberapa kegiatan ditujukan untuk umum secara gratis, sedangkan lainnya dilakukan tertutup bagi umum.

Untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang Planetarium, silakan hubungi:
Planetarium Jagat Raya
Jl. Diponegoro Tenggarong
Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur 75514
0541-661045, 661335

Share

READ MORE - Planetarium Jagad Raya Tenggarong

Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011

Gerhana Bulan tahun ini akan terjadi 2 kali, yaitu pada tanggal 16 Juni dan tanggal 10 Desember nanti. Keduanya sama-sama bisa dilihat dari Indonesia. Jadi, mari persiapkan pengamatannya dengan baik :)

Gerhana 16 Juni nanti akan dimulai pada pukul 01.23 WITA yang ditandai dengan masuknya Bulan ke bayangan penumbra Bumi. Perubahan yang terjadi adalah berkurangnya kecerlangan Bulan, namun kita tidak akan dapat membedakannya secara kasat mata. Lalu pada pukul 02.22 WITA Bulan akan masuk ke umbra Bumi. Inilah saat terbaik mengamati gerhana, yaitu ketika Bulan purnama mulai berubah bentuk. Perlahan-lahan tepian Bulan menjadi gelap, seperti bakpao yang digigit bagian tepinya.

Kenampakan GBT20110616 (Sumber: astro.ukho.gov.uk)

Kenampakan GBT20110616 (Sumber: astro.ukho.gov.uk)

Ketika cahaya Bulan yang terlihat semakin sedikit, akan tampak warna kemerahan di bagian gelapnya. Puncaknya adalah ketika Bulan sudah masuk sepenuhnya ke dalam umbra, yaitu pada pukul 03.22 WITA. Puncak gerhana ini akan terjadi pada pukul 04.12 WITA. Bulan berada di dalam bayangan umbra selama hampir 2 jam hingga pukul 05.03 WITA. Saat itu seluruh Bulan tampak merah. Warna merah ini berasal dari sebagian cahaya Matahari yang masih diteruskan atmosfer Bumi. Dan proses gerhana akan benar-benar berakhir pada pukul 07.02 WITA, saat Bulan keluar sepenuhnya dari bayangan penumbra Bumi.

Dilihat dari waktunya, hanya Indonesia bagian tengah dan barat saja yang bisa melihat gerhana ini dari awal hingga akhir. Sementara bagian timur Indonesia tidak dapat mengamatinya hingga selesai karena Bulan akan terbenam dahulu. Tetapi untungnya bagian paling menarik dari gerhana ini, yaitu ketika Bulan berada di dalam bayangan umbra Bumi, dapat dilihat utuh dari awal hingga akhir dari seluruh Indonesia.

Merahnya Bulan saat gerhana total (sumber: wikipedia)

Merahnya Bulan saat gerhana total (sumber: wikipedia)

Bagaimana cara mengamati gerhana ini? Dengan mata telanjang bisa, binokular, teleskop, kamera, ataupun pengamatan melalui internet (streaming) juga bisa karena rencananya akan ada penayangannya di situs web Observatorium Bosscha dan Kemenkominfo. Beberapa lokasi yang akan menayangkan pengamatan gerhana Bulan nanti adalah Observatorium Bosscha, Observatorium Lhoknga, dan Planetarium Tenggarong. Untuk yang di Semarang, akan ada acara pengamatan yang diselenggarakan di Kampus IAIN Walisongo Jrakah, info lebih lengkap bisa lihat di event facebook. Silakan tandai kalender agar fenomena ini tidak terlewatkan begitu saja :)

Share

READ MORE - Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011

Mengamati Hujan Meteor Perseids Sembari Sahur

Langit malam yang bertabur bintang ternyata masih menyimpan banyak keindahan. Berbagai fenomena astronomi terkadang muncul di sela-sela dingin dan gelapnya malam. Setelah Gerhana Bulan Total yang terjadi pada tanggal 16 Juni 2011 lalu, kita akan dapat menyaksikan satu lagi fenomena astronomi yang sangat menarik di bulan Agustus ini. Yaitu hujan meteor Perseids, yang puncaknya akan terjadi pada tanggal 13 Agustus 2011 dinihari nanti. Namun kita masih dapat mengamatinya hingga 3 hari sebelum atau sesudah tanggal tersebut.

Hujan meteor adalah munculnya banyak meteor di langit dalam rentang waktu tertentu sehingga terlihat seperti hujan cahaya. Berkas cahaya tersebut diakibatkan oleh masuknya benda angkasa ke atmosfer Bumi. Akibat gesekan dan tekanan di atmosfer, batuan tersebut memanas, berpijar, dan terbakar di atmosfer. Karena kecepatannya, masing-masing meteor akan terlihat seperti benang cahaya yang muncul hanya sekedipan mata saja. Dan karena itu, meteor hanya bisa dinikmati dengan mata telanjang alias tanpa peralatan khusus seperti binokuler atau teleskop.

Sebuah meteor terekam dalam foto di depan teleskop VLT di observatorium Paranal, Chili. Sumber: eso.org

Sebuah meteor terekam dalam foto di depan teleskop VLT di observatorium Paranal, Chili. Sumber: eso.org

Saat hujan meteor Perseids terjadi, kita dapat lihat hingga puluhan meteor setiap jamnya. Mungkin Anda bertanya-tanya dari manakah asal batu angkasa sebanyak itu. Suatu hujan meteor terjadi jika dalam orbitnya mengelilingi Matahari, Bumi memasuki area yang penuh dengan batu dan debu angkasa. Serpihan batu dan debu itu sebenarnya berasal dari komet yang pernah melintas sebelumnya. Begitu juga dengan hujan meteor Perseids ini. Meteor-meteornya berasal dari serpihan komet Swift-Tuttle, yang ditemukan pertama kali pada tahun 1862 dan terakhir kali terlihat dari Bumi pada tahun 1992. Karena posisi serpihan batu dan debu ini tetap di angkasa, maka peristiwa hujan meteor juga akan terjadi rutin setiap tahun di sekitar tanggal yang sama.

Dalam sebuah peristiwa hujan meteor, meteor dapat muncul di area langit mana saja. Tetapi apabila kita tarik garis lurus dari setiap meteor tersebut, semuanya akan tampak seolah-olah berasal dari satu titik. Titik asal ini disebut dengan titik radian. Titik radian ini pasti berada di salah satu rasi dari 88 rasi di langit. Nama genitif dari rasi tersebutlah yang kemudian dijadikan nama hujan meteornya. Begitu juga dengan nama Perseids untuk peristiwa hujan meteor yang terjadi kali ini. Asalnya adalah dari nama rasi Perseus. Rasi ini terletak di belahan langit utara dan baru terbit pada pukul 00 waktu lokal.

Rasi Perseus di arah timur laut. Semua meteor akan tampak seolah-olah berasal dari rasi ini. Sumber: iya2009.com

Rasi Perseus di arah timur laut. Semua meteor akan tampak seolah-olah berasal dari rasi ini. Sumber: iya2009.com

Lantas bagaimana cara mengamati hujan meteor ini dan kapan waktu terbaik untuk mengamatinya? Caranya adalah dengan mencari tempat yang memiliki area langit seluas mungkin, yang tidak terhalang bangunan atau pepohonan. Dan akan lebih nyaman lagi jika kita bisa melihat langit sembari berbaring dengan beralaskan tikar atau karpet atau koran bekas. Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor adalah setelah tengah malam hingga langit terang pertanda matahari segera terbit.

Syarat lainnya adalah tempat pengamatan tidak boleh terlalu terang. Karena beberapa meteor mungkin akan tampak redup. Sayangnya, tanggal 13 nanti Bulan akan berada pada fase menjelang purnama, sehingga cahayanya akan cukup mengganggu pengamatan kita. Tetapi, tentu tidak ada salahnya mencoba. Maka dari itu, sembari menunggu waktu sahur, mari kita keluar rumah dan menghitung jumlah meteor yang melintas di langit.

Share

READ MORE - Mengamati Hujan Meteor Perseids Sembari Sahur

Gerhana Bulan Total 10 Desember 2011

 

Bersiaplah untuk gerhana yang terakhir di tahun ini, yaitu Gerhana Bulan Total yang akan terjadi pada tanggal 10 Desember 2011. Beruntunglah kita yang ada di seluruh wilayah Indonesia karena dapat mengamati peristiwa spektakuler ini sejak awal hingga akhir.

Masih ingat dengan Gerhana Bulan Total di bulan Juni lalu? Apabila gerhana tersebut dimulai pada pukul 01.23 WITA, gerhana nanti akan dimulai lebih awal yaitu pada pukul 19.33 WITA (WIB = WITA – 1 jam, WIT = WITA 1 jam), sehingga lebih bersahabat dibandingkan jika terjadi pada dinihari. Apalagi terjadinya di malam Minggu, tentunya tidak akan terlalu mengganggu proses belajar para siswa. Perbedaan lainnya adalah gerhana nanti akan terjadi lebih singkat dibandingkan gerhana Juni lalu. Kali ini totalitas gerhana hanya akan berlangsung selama 50 menit saja, bandingkan dengan gerhana yang terjadi pada Juni lalu yang mencapai 100 menit.

Gerhana Bulan 10 Desember 2011 (Sumber: astro.ukho.gov.uk/eclipse/)

Gerhana Bulan 10 Desember 2011 (Sumber: astro.ukho.gov.uk/eclipse/)

Tahapan yang paling menarik pada gerhana Bulan akan terjadi ketika Bulan mulai masuk ke umbra Bumi pada pukul 20.45 WITA. Sedikit demi sedikit Bulan purnama itu akan berubah menjadi Bulan sabit karena sebagian permukaannya menjadi gelap. Lalu sabitnya pun semakin lama semakin kecil/tipis. Dan ketika bayangan gelap umbra sudah mendominasi permukaan Bulan, kita akan melihat bayangan gelap tersebut berganti warna menjadi merah. Akhirnya saat tahapan totalnya terjadi, seluruh permukaan Bulan juga menjadi merah gelap. Tahapan totalitas tersebut akan dimulai pada pukul 22.06 WITA dan berakhir pada pukul 22.57 WITA. Setelah itu warna putih di Bulan akan kembali muncul perlahan hingga akhirnya Bulan menjadi purnama kembali setelah pukul 01.30 WITA.

Warna merah yang terlihat di bagian gelap Bulan tersebut berasal dari sebagian cahaya Matahari yang masih dapat menembus atmosfer Bumi. Kita tahu bahwa cahaya Matahari terdiri dari berbagai warna yang bisa dilihat di sebuah pelangi (terdiri dari mejikuhibiniu). Oleh atmosfer Bumi, seluruh cahaya tersebut tidak ada yang diteruskan kecuali warna merahnya saja dan sedikit dibelokkan sehingga mengenai permukaan Bulan. Penyebabnya adalah karena warna merah memiliki panjang gelombang yang paling panjang.

GBT 16 juni 2011 (Sumber: Planetarium Tenggarong)

GBT 16 juni 2011 (Sumber: Planetarium Tenggarong)

Kini, mari kita persiapkan pengamatannya dari sekarang. Kita harus cari tempat yang memiliki langit timur yang bebas dari halangan pepohonan, rumah, ataupun gedung. Karena saat terjadinya gerhana Bulan akan berada di langit sebelah timur setelah terbit sekitar pukul 18.00 waktu lokal. Fenomena ini tentunya dapat diamati dengan mata telanjang, tetapi wajib hukumnya menggunakan alat bantu seperti binokuler, kamera, atau teleskop jika tersedia di rumah. Terakhir, jangan lupa berharap bahwa cuaca akan cerah sepanjang malam. Selamat melakukan pengamatan! :)

TAMBAHAN:

Berikut ini adalah beberapa lokasi pengamatan gerhana Bulan Sabtu nanti:

Jakarta: Planetarium Tenggarong: Planetarium Yogyakarta: Masjid Gedhe Kauman Solo: Ponpes Assalaam Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah Poster Pengamatan Gerhana Bulan Total (Sumber: Facebook)

Poster Pengamatan Gerhana Bulan Total (Sumber: Facebook)

 

Berikut lokasi-lokasi pengamatan Gerhana Bulan Total yang akan disiarkan melalui streaming:

1. Observatorium Bosscha – Lembang, Bandung
2. LAPAN, Yogyakarta
3. BMKG Kemayoran, Jakarta
4. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
5. Universitas Mataram, NTB
6. RHI Yogyakarta
7. Univ. Islam Sultan Syarif Kasim, Riau
Sumber: Kominfo

Share

READ MORE - Gerhana Bulan Total 10 Desember 2011